25.10.04

cinta
menuliskan manisnya
luka
mengalirkan darahnya

terkapar di ruang pekat
mengeja nama-nama hampa
hati berkeping
nyawa sisa separuh
mengumandangkan jerit
ke kolong langit

tawa sirna
terganti air mata
hasrat terpuruk
meninggalkan bekas biru memar
di sekujur jantung dan perasaan
.......

13.10.04

Pagi. Mentari datang dengan kewibawaan tak terkira -- menyeruak kesuramam hari setelah tertinggalkan malam -- menyelinap dari balik dedauan dan ranting yang menggeliat bangun. Aku bangkit dari mimpi -- bangun dari pembaringan yang selalu membawaku menyusuri padang luas tempat menebarkan imaji. Embun-embun terjatuh kebumi -- mengering diketiak hari. Kusaksikan betapa ufuk masih menggantung jauh diatas cakrawala -- langit melebar bagai kanvas alam yang siap ditanami beragam warna-warna kehidupan.

Kuusap wajah -- mencari kepastian perjalanan waktu yang terus bergulir. Bunga-bunga persik disamping kamar mengetuk jendela. Pandanganku tenggelam pada sesosok bayangan diujung sana. Siapa??? Entah.... Hanya sekilas yang bisa kutangkap -- gaun hitam dengan rambut terurai panjang. Ah... siapa dia??? Siapa??? Mbuh!! Kepalaku pusing...

PELANGI

agar aku bisa menjadi selarik pelangi
di langit biru dalam basah gerimis
maka jadikan aku seharum aromamu
menyengat keheningan
saat kau terbang menaburkan cahaya

aku dilanda kegetiran
lalu membongkah jadi kegelisahan
jadikan aku warna-warna dalam kanvasmu
objek lukisan yang pernah kau guratkan
di hatimu

tegakkan aku
disamping tiang-tiang hasratmu
agar aku bisa menemanimu
merajut benang-benang harapan
disetiap inci perjalanan hidupmu

aku ingin selalu tegar
mengarak beragam kekalutan ini
dengan cinta kasih
seperti indahnya pelangi
di langit pagi ini...