Kami menyadari,
Betapa kuasanya Engkau
Hingga dengan sekali sentuh
Engkau mampu membalikkan samudera
meruntuhkan segala yang ada
Kami sadar
Bencana ini adalah cobaan dan peringatan
yang Engkau timpakan
Kami tak boleh berprasangka buruk
Terhadap segala kutusan-Mu
Kami yakin Engkau memberi cobaan
Sesuai dengan kemampuan dan kekuatan kami
Kami yakin pula, ada hikmah setelah semua ini
Ya Gusti Allah...
Beri kami jalan terang dalam hidup yang fana ini...
special for my family di ACEH dan SUMUT
"kami selalu bersamamu"
28.12.04
22.12.04
My Mother
Ibunda,
Diatas kertas putih hatiku ada namamu yang terukir halus dengan tinta emas -- menghuni dengan abadi -- memberiku damai pada setiap aku menghadirkanmu -- di lubuk jiwaku
Ibunda,
Apapun yang terjadi, tak akan pernah ada yang bisa mengingkari -- jika engkaulah makhluk sejuta makna bagi hidupku -- pemegang amanah Tuhan -- aku
engkau mengandung, melahirkan dan membesarkanku hingga ku mampu mengenal luasnya dunia ini -- namun betapa banyak salah dan khilaf -- dosa dan durhaka yang sering melukai halus perasaanmu -- hanya karena keangkuhanku yang kubiarkan meretas lembut kasihmu
Ibunda,
Sampai saat ini -- saat aku sudah merasa mampu menyambung hidupku (?), aku belum juga mampu membalas jasa-jasamu, kebaikanmu, kesabaranmu, perhatianmu dan samudera kasih sayangmu yang tak mampu diperhitungkan.
Ibunda,
Kini jarak sering memisahkan kita -- ketika aku menghadapi rumitnya perjalanan hidup ini, aku sering menangis -- ingin aku dekat dipelukanmu -- berbagi rasa mencurahkan gundah dan penat yang melanda.
Ibunda,
Meski aku tak bisa membalas apa yang yang telah engkau berikan, tapi beri aku kepercayaan untuk senantiasa berbakti kepadamu -- semoga ada damai dan tentram dalam hidupmu sampai akhir hayat nanti. Amien
Khusus aku dedikasikan untuk orang yang paling berjasa dalam hidupku : IBU
Diatas kertas putih hatiku ada namamu yang terukir halus dengan tinta emas -- menghuni dengan abadi -- memberiku damai pada setiap aku menghadirkanmu -- di lubuk jiwaku
Ibunda,
Apapun yang terjadi, tak akan pernah ada yang bisa mengingkari -- jika engkaulah makhluk sejuta makna bagi hidupku -- pemegang amanah Tuhan -- aku
engkau mengandung, melahirkan dan membesarkanku hingga ku mampu mengenal luasnya dunia ini -- namun betapa banyak salah dan khilaf -- dosa dan durhaka yang sering melukai halus perasaanmu -- hanya karena keangkuhanku yang kubiarkan meretas lembut kasihmu
Ibunda,
Sampai saat ini -- saat aku sudah merasa mampu menyambung hidupku (?), aku belum juga mampu membalas jasa-jasamu, kebaikanmu, kesabaranmu, perhatianmu dan samudera kasih sayangmu yang tak mampu diperhitungkan.
Ibunda,
Kini jarak sering memisahkan kita -- ketika aku menghadapi rumitnya perjalanan hidup ini, aku sering menangis -- ingin aku dekat dipelukanmu -- berbagi rasa mencurahkan gundah dan penat yang melanda.
Ibunda,
Meski aku tak bisa membalas apa yang yang telah engkau berikan, tapi beri aku kepercayaan untuk senantiasa berbakti kepadamu -- semoga ada damai dan tentram dalam hidupmu sampai akhir hayat nanti. Amien
Khusus aku dedikasikan untuk orang yang paling berjasa dalam hidupku : IBU
Kehilangan
terasa amat lemah
aku mengendapkan letih ini
mengoyak keyakinan yang sering kupaksakan
menempati ruang hatiku
kadang aku begitu ragu
merangkum setiap kata demi kata
sedang bahasaku begitu lugu mengungkapnya
ah, beriku kepercayaan diri
menjemput segala impian itu
aku mengendapkan letih ini
mengoyak keyakinan yang sering kupaksakan
menempati ruang hatiku
kadang aku begitu ragu
merangkum setiap kata demi kata
sedang bahasaku begitu lugu mengungkapnya
ah, beriku kepercayaan diri
menjemput segala impian itu
13.12.04
Birahi dalam mimpi
Terakhir kali aku pernah mengajakmu
bermimpi dalam lelap tidurku
ketika itu kau melenguh
diujung pancaran birahimu
saat kucumbumu penuh gairah
hingga akupun basah
nyatanya...
air maniku adalah sebait puisi
yang kutulis di dinding ini
bermimpi dalam lelap tidurku
ketika itu kau melenguh
diujung pancaran birahimu
saat kucumbumu penuh gairah
hingga akupun basah
nyatanya...
air maniku adalah sebait puisi
yang kutulis di dinding ini
Rindu
Ya...
denting jiwaku terjatuh
pada ruang hampa tempat meditasi sunyi
menggelar mantra-mantra
membakar dupa
lalu menerbangkannya ke langit
menjemputmu
Ya...
denting jiwaku memanggil
sekuntum rindu pada namamu
dihatimu
dibatas imaji tempat aku mengukir bayangmu
aku kini rindu
: lagi
meski baru semalam aku menghabiskan waktu
bersamamu
semalam suntuk membagi kisah
membagi tawa dan suka
dan... selamanya aku ingin
kau ada
::youe 'luv'
denting jiwaku terjatuh
pada ruang hampa tempat meditasi sunyi
menggelar mantra-mantra
membakar dupa
lalu menerbangkannya ke langit
menjemputmu
Ya...
denting jiwaku memanggil
sekuntum rindu pada namamu
dihatimu
dibatas imaji tempat aku mengukir bayangmu
aku kini rindu
: lagi
meski baru semalam aku menghabiskan waktu
bersamamu
semalam suntuk membagi kisah
membagi tawa dan suka
dan... selamanya aku ingin
kau ada
::youe 'luv'
11.12.04
Hujan
saat indah bersamamu
saat hujan dihatiku
kupelukmu dengan kehangatan
sampai aku terlelap
mengarungi mimpimu
.....
kepada senja
kepada senja
pada kemilau lautan dan bukit karang
aku menulis sajak ini sebagai pelipur
agar aku bisa terus mendaki
curamnya perjalanan hidup
berliku di sepanjang bebatuan
senyap diantara pepohonan rimba
kepada senja
pada deburan ombak dan angin yang menghempas
aku menyusuri garis membentang
dari ujung nafas hingga kutub waktu
coba menganyam hasrat
dengan keyakinan
agar aku terus ada
berperan diatas panggung sandiwara
pada kemilau lautan dan bukit karang
aku menulis sajak ini sebagai pelipur
agar aku bisa terus mendaki
curamnya perjalanan hidup
berliku di sepanjang bebatuan
senyap diantara pepohonan rimba
kepada senja
pada deburan ombak dan angin yang menghempas
aku menyusuri garis membentang
dari ujung nafas hingga kutub waktu
coba menganyam hasrat
dengan keyakinan
agar aku terus ada
berperan diatas panggung sandiwara
10.12.04
bahkan langitpun kadang enggan bercerita padanya
tentang rembulan yang setia menemani saat-saat malam
sunyi jadi lelara di pias waktu yang makin getir
menjadi pekat seperti mendung menelan bias rembulan
meredup di ketiak cakrawala,
merintih di sayatan angin pada pucuk dedaunan
lembar demi lembar terbuka
tanpa lelah menghujam lara
berdarah-darah
membanjir dipelupuk mata jadi air mata
terkapar juga rasa ini
pada pembaringan waktu yang lebam membiru
penuh dengan rindu
pada indahnya lelagu
tentang rembulan yang setia menemani saat-saat malam
sunyi jadi lelara di pias waktu yang makin getir
menjadi pekat seperti mendung menelan bias rembulan
meredup di ketiak cakrawala,
merintih di sayatan angin pada pucuk dedaunan
lembar demi lembar terbuka
tanpa lelah menghujam lara
berdarah-darah
membanjir dipelupuk mata jadi air mata
terkapar juga rasa ini
pada pembaringan waktu yang lebam membiru
penuh dengan rindu
pada indahnya lelagu
Subscribe to:
Posts (Atom)