29.11.06

Lelara

Wis... dipungkasi wae lelakon iki, Dik
sesumbarmu agawe mirising reroncening atiku
nglumbruk... nglemperak...
banjur remuk balung sumsumku

wis adoh aku hanyampur asin lan manising kahanan
tiba tangi lan adhem panas tansah dadi sarimbit ing netraku

angin wus alon
bagaskara wus mudhun
langit wus peteng
ananging sliramu mlajar nggegirisi
angluluhake rerasa katresnan kang wus dak tata
ana ing satengahing samudra

Wis... dipungkasi wae lelakon iki, Dik
sadurunge aku pupus tanpa lara
anandhang sambat amarga kuciwa

Kanggo: sapa wae sing rumangsa gawe aku lara...

Au ah gelap!

Apa komentar Anda ketika melihat gambar diatas...?!

25.11.06

Keponakan tersayang...

Maaf ya...
Inget-inget soal sakit ati bikin tambah pusing. Ganti topik laen aja deh. Nih aku kenalin sama keponakanku yang manis (anaknya adikku... tapi kakaknya masih nyari nih :p). Si kecil ni namanya DHIMAS ANGGA PRATAMA. Lahir 19 Juni 2005 yang lalu. Lucu banget deh anaknya (jadi pengin nih... :p). Sekarang kan lagu senengnya jalan tuh, soalnya baru beberapa bulan bisa jalan, makanya hemmh... Angga ga capek-capek muter-muter kemana-mana. Kalo dah ketemu nih anak, wuih senengnya jadi lupa semua (termasuk utang juga). Hayo siapa yang mau jadi ibu anak-anakku...

Apa yang mesti kuperbuat??

Aku cuma bisa terdiam mendengar perkataanmu. Ah, apa yang bisa kuperbuat? Menerima kenyataan bahwa kau akan berpindah hati ke orang lain atau aku harus berjuang mati-matian mempertahankanmu meski kau bilang tak ada lagi cinta untukku...?!

Sungguh, jujur aku saat ini belum bisa untuk tiba-tiba jauh darimu. Betapa berarti dirimu bagiku. Perhatianmu selama ini membuatku berubah. Segalanya... semangat hidupku kembali menyala ketika kau hadir ditengah palung hatiku.

Apa yang harus aku lakukan....

21.11.06

Haruskah kau memilih?

Sore tadi nafasku hampir saja hilang, ketika aku tersengal-sengal mendengar isakmu. Juga wajahmu yang sedingin laut antartika, airmatamu pun tajam seakan mengiris-iris letihku. Lalu.... pekikanmu menghancurkan seribu candi dipelataran hatiku, yang semalam telah aku bangun untukmu.

"Kau bukannya tidak berharga buat aku..." Kau menatapku nanar membuatku semakin getir.

Ah, sudah sedangkal itukah hatimu, hingga tak mampu lagi menampung luapan rerasa yang selama ini aku bangun dan aku pugar hanya untuk memilikimu? Aku arungi ketidakpastian hanya untuk mencari danau dibening matamu.

"Maaf... tapi aku harus memilih." Kau tertunduk. Entah menyesal atau sekedar menghindari bersitatap dengan mataku yang kuyu.

Aku tak tahu mesti berkata apa. Dan memang aku tak bisa bersuara. Lidahku kaku, mulutku bisu. Aku mencoba meyakini ucapanmu dengan menggenggam tanganmu. Tapi hanya dingin yang mengalir sampai didasar hatiku.

Semua yang mengenalku tahu... tentang kita. Tentang mimpi yang pernah kita susun berdua. Tentang cita-cita yang pernah kita gantungkan di ujung langit. Tentang cerita manis kita yang seakan tak pernah habis dikenang sepanjang masa. Tentang iri mereka melihat kemesraan yang selalu kita cipta.

"Bisakah engkau menerima kenyataan ini....?" Kau menatapku lagi.

.... to be continue.