bahkan langitpun kadang enggan bercerita padanya
tentang rembulan yang setia menemani saat-saat malam
sunyi jadi lelara di pias waktu yang makin getir
menjadi pekat seperti mendung menelan bias rembulan
meredup di ketiak cakrawala,
merintih di sayatan angin pada pucuk dedaunan
lembar demi lembar terbuka
tanpa lelah menghujam lara
berdarah-darah
membanjir dipelupuk mata jadi air mata
terkapar juga rasa ini
pada pembaringan waktu yang lebam membiru
penuh dengan rindu
pada indahnya lelagu
No comments:
Post a Comment