Percakapan dua orang siswa SMA di sebuah warnet di Semarang...
Reon : "Bisa gak nDi?"
Andi : "Gak bisa nih dari tadi, padahal alamatnya dah bener loh, www.seehersquirt.com"
Reon : "Kenapa ya? Wah bisa gagal nih misi kita hari ini."
Andi : "Padahal link lain bisa. Nih liat suaramerdeka dot com aja bisa."
Reon : "Sebentar nDi, coba baca tuh. Mulai tanggal 1 April link situs porno di block..."
Andi : "Pantes aja dari tadi gak bisa. Wah bener-bener gagal nih."
Kembali ke laptop...
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Prof Ir Mohammad Nuh DEA menyatakan pemerintah akan memblokir situs porno mulai April dan diharapkan akan tuntas pada Mei mendatang.Ini yang lebih hebat lagi....
"Pengguna internet di Indonesia memang masih kecil dengan kisaran 25 juta orang, tapi Mei mendatang akan meroket, karena kami akan memberi fasilitas khusus untuk SMA/MA se-Indonesia," katanya begitu.
Menurut data mesin pencari Google, ternyata warga Jogja menempati urutan pertama dalam hal pencarian segala sesuatu yang berhubungan dengan keyword "SEX". Sedangkan dengan keyword "porno", kota Semarang menduduki peringkat pertama. Hal itu diungkapkan oleh Dekan fakultas Teknologi Industri UII, Fathul Wahid, ST, MSc. Byuh... ngeri dweh.
Lebih menarik lagi, katanya, dari penelitian FTI UII tersebut diketahui bahwa 27.4% responden di 15 warnet menggunakan fasilitas itu untuk mendapatkan sesuatu tentang pornografi.
Dari penelitian yang dilakukan diketahui rata-rata pengguna internet berusia 22 tahun, sudah 4.8 tahun berkecimpung di dunia maya, mendapatkan uang saku Rp. 534.000/bulan dan sudah 13 tahun menempuh pendidikan.
Hmmm... kalo dilihat dari pokok permasalahannya, sebenarnya siapa yang salah? Pelaku pornografi semisal Miyabi ato Asia Carera, produser dan distributor semisal Vivid atau Naugthy America, pemilik warnet, atau para manusia-manusia yang hobi mengkonsumsi kepornoan?
Pornografer (baca: pelaku) : jelas mereka tujuannya untuk mencari nafkah karena aktivitas mereka dibayar. Tapi entah berapa bayarannya, mereka mendapatkannya dengan cara yang salah. Mengumbar aurat, berzina bahkan merendahkan harga diri mereka sendiri.
Produser : lagi-lagi soal keuntungan. Produser rela mengeluarkan tak sedikit uang dengan harapan bisa mengeruk keuntungan yang lebih besar lagi. Menjual kemolekan tubuh para gadis-gadis muda dengan aksi seks yang ganas ke seluruh penjuru dunia mungkin itu pekerjaan yang menyenangkan buat mereka selain kantongnya jadi tambah tebal. Dilihat dari sisi manapun profesi ini jelas tidak baik dan sangat jelek terutama jika dihubungkan dengan ekses kedepannya.
Pemilik warnet : menurutku ini bukan pihak yang terlalu salah. Ditinjau dari segi kepentingan, jelas mereka tidak untuk niat yang buruk ketika mengambil keputusan membuka usaha warnet. Akan tetapi ketika internet itu menjadi salah satu media penyebaran pornografi yang bisa diakses siapa saja, secara tidak langsung warnet juga ikut berperan. Menurutku, akses pornografi bisa diminimalisir di warnet dengan berbagai cara. Semisal, jangan membuat bilik2 yang tertutup yang memungkinkan netter bisa mengakses yang aneh-aneh bahkan berbuat mesum di dalam bilik. Menurutku sih orang Indonesia masih punya malu. ketika ruangan agak terbuka, bahkan kegiatannya bisa dilihat orang lain, pasti timbul rasa sungkan jikan hendak "nanana nenene". Hmm... tapi warnet-warnet yang seperti ini biasanya lebih sepi dibanding yang 'VIP'. Susah memang...
Para Penikmat : salah gak salah mereka tetap manusia. Sesuatu bisa terlaksana jika ada niat dan kesempatan. Ketika ada kesempatan tapi gak ada niat atau sebaliknya ada niat tapi gak ada kesempatan bisa menyebabkan sesuatu hal gak terjadi. Ketika gejolak remaja merekah dimasa puber yang indah, banyak hal-hal baru yang ingin mereka ketahui. Ya salah satunya porno dan porno ini. Jujur ya, aku pun pernah lah mengakses hal-hal begituan. Dulu sering tapi sekarang dah jarang [ada yang tereak diseberang sana : jarang itu bukan berarti gak kan bos?]. Hehehe...
Pada kalimat terakhir....
Masalah tambah mbundhet kalo dihubungkan dari berbagai hal diatas. Bolehlah pemerintah memblokir akses situs porno sebagai salah satu usaha preventif, tapi saya yakin orang-orang yang maniak akan tetap mencarinya dengan segala cara. Yang pasti kita kembalikan ke diri pribadi kita masing-masing. Kita perbaiki diri kita masing-masing sebelum kita berkoar-koar menyombongkan kelebihan kita. Hanya satu cara melawan ekses-ekses buruk globalisasi ini, Iman dan keteguhan hati yang kuat. So, mari perbaiki dan jaga diri kita masing-masing....
hmm..mo no comment kok ya sudah menulis disini..*xixixi*
ReplyDeletesepakat..sepakat..membentengi diri saja...menjauhi hal2 yang begonoan lah..masih ada hal lain yang positif yang bisa membuat hidup ini indah.
ati2..jgn2 samdey..pas lagi liat begonoan..ehh nyawa kita dijemput ma malaikat kematian...behh jelek bener matinya...hahhah ga keren..
makanya kita perlu waspada dan menjaga diri kita sendiri...
ReplyDeletebetul juga sih...kalo dah mania khan segala macam cara isa dilakukan. tapi kalo kebijakan pemerintah kayak gitu, ya biarin aja.
ReplyDeletesaya termasuk penikmat mas :D
ReplyDeletehihihihi
ReplyDeletelawong namanya gambar gituan ya pasti byk yang cari, kaya kucing ngumpet" pun masih byk yg cari .....
Asal tau batasannya aja deh. Kalo kebablasan bisa repot tuh...
ReplyDelete