Sore tadi nafasku hampir saja hilang, ketika aku tersengal-sengal mendengar isakmu. Juga wajahmu yang sedingin laut antartika, airmatamu pun tajam seakan mengiris-iris letihku. Lalu.... pekikanmu menghancurkan seribu candi dipelataran hatiku, yang semalam telah aku bangun untukmu.
"Kau bukannya tidak berharga buat aku..." Kau menatapku nanar membuatku semakin getir.
Ah, sudah sedangkal itukah hatimu, hingga tak mampu lagi menampung luapan rerasa yang selama ini aku bangun dan aku pugar hanya untuk memilikimu? Aku arungi ketidakpastian hanya untuk mencari danau dibening matamu.
"Maaf... tapi aku harus memilih." Kau tertunduk. Entah menyesal atau sekedar menghindari bersitatap dengan mataku yang kuyu.
Aku tak tahu mesti berkata apa. Dan memang aku tak bisa bersuara. Lidahku kaku, mulutku bisu. Aku mencoba meyakini ucapanmu dengan menggenggam tanganmu. Tapi hanya dingin yang mengalir sampai didasar hatiku.
Semua yang mengenalku tahu... tentang kita. Tentang mimpi yang pernah kita susun berdua. Tentang cita-cita yang pernah kita gantungkan di ujung langit. Tentang cerita manis kita yang seakan tak pernah habis dikenang sepanjang masa. Tentang iri mereka melihat kemesraan yang selalu kita cipta.
"Bisakah engkau menerima kenyataan ini....?" Kau menatapku lagi.
.... to be continue.
Ini cerpen atau cerita pribadi ? hehehe
ReplyDelete